Turki Kelimpungan Inflasi Meroket, Jerman Antisipasi Kelangkaan Migas

Harga harga barang di Turki melonjak 69,97 persen pada April dibandingkan bulan yang sama tahun lalu. Data statistik ekonomi ini dirilis Kamis (5/5/2022). Inflasi telah melonjak di tengah kenaikan harga energi dengan latar belakang konflik Rusia Ukraina dan karena jatuhnya Lira akhir tahun lalu. Angka tersebut, yang dirilis oleh Institut Statistik Turki, melebihi perkiraan bank sentral sebesar 68 persen dan merupakan peningkatan paling tajam dalam dua dekade.

Bulan ke bulan, harga konsumen naik 7,25 persen. Harga pangan telah meningkat sebesar 89 persen sejak tahun lalu, dan biaya transportasi sebesar 105,86 persen. Menurut data, inflasi inti tahunan adalah 52,37 persen. Pemerintah berharap kenaikan biaya hidup, didorong kenaikan harga komoditas yang dikaitkan konflik Ukraina, akan melambat setelah Mei. Turki mengimpor 93 persen minyak dan 99 persen gas yang dikonsumsinya. Sanksi sektor energi ke Rusia dan faktor geopolitik lainnya telah menyebabkan reli harga minyak dan gas di seluruh dunia.

Lira Turki kehilangan 44 persen nilainya terhadap dolar AS tahun lalu setelah bank sentral Turki memangkas suku bunga sebesar persentase poin penuh pada November. Ini pemotongan ketiga sejak September, dan mengisyaratkan akan memangkas suku bunga lagi pada Desember, dalam upaya untuk menahan kenaikan inflasi. Menyusul rangkaian sanksi dan pelarangan impor minyak gas dari Rusia,, Jerman mungkin menghadapi kekurangan bensin.

Menteri Ekonomi Robert Habeck mengatakan pemerintah sedang mengerjakan solusi yang memungkinkan. “Sayangnya, tidak menutup kemungkinan memang akan ada defisit. Ini bisa kita atasi, tapi ada kemungkinan akan ada terlalu sedikit minyak,” katanya. “Karena itu terlalu sedikit bensin untuk beberapa waktu. Ini tidak bisa dikesampingkan. Tentu saja, kami bekerja untuk memastikan ini tidak terjadi," kata menteri di siaran radio RTL.

Pada Rabu, Presiden Komisi Eropa Ursula Von der Leyen mengumumkan proposal paket keenam sanksi anti Rusia. Sanksi itu menargetkan Sberbank dan tiga lembaga penyiaran besar milik negara Rusia, serta militer tingkat tinggi dan individu yang terlibat dalam operasi di Ukraina. Paket tersebut juga mencakup embargo minyak bertahap. Beberapa negara Eropa yang sangat bergantung pada minyak Rusia, seperti Hongaria dan Slovakia.

Slovakia telah memperingatkan mereka tidak akan dapat menyetujui proposal Komisi Eropa untuk larangan penuh impor minyak Rusia. Slovakia telah meminta lebih banyak waktu untuk menemukan pemasok bahan bakar alternatif. Embargo yang diusulkan adalah bagian dari sanksi terbaru terkait Ukraina terhadap Moskow yang akan membuat impor minyak mentah dari Rusia dihapus dalam waktu enam bulan.

Produk olahan akan sepenuhnya dilarang akhir tahun. Slovakia dan Hongariadiberi tenggat waktu hingga akhir 2023 untuk mematuhinya. Kerangka waktu yang diusulkan menurut Karol Galek, Wakil Menteri Ekonomi Slovakia dianggap tidak cukup. “Kami mengharapkan setidaknya tiga tahun,” kata Karol Galek. Kilang utama di negara itu membutuhkan minyak berat Rusia.

Mereka tidak mungkin mengamankan pasokan alternatif dalam kerangka waktu yang diusulkan. Tahun lalu Slovakia mendapat 96 persen minyaknya dari Rusia. Galek menekankan proposal saat ini akan menghancurkan ekonomi Eropa, karena tidak hanya akan merugikan pasokan energi di negaranya, tetapi juga di Austria, Republik Ceko dan Ukraina. Usulan itu jika ingin efektif berlaku harus disetujui suara bulat oleh 27 negara anggota Uni Eropa. Hongaria telah menyatakan keberatan.

Alasannya, Uni Eropa sejauh ini gagal memberikan jaminan Budapest mengenai keamanan energinya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *.

*
*
You may use these <abbr title="HyperText Markup Language">HTML</abbr> tags and attributes: <a href="" title=""> <abbr title=""> <acronym title=""> <b> <blockquote cite=""> <cite> <code> <del datetime=""> <em> <i> <q cite=""> <s> <strike> <strong>